BLOG

2.04.2011

Karakteristik Visual dari ASI dan Aroma ASI

Karakteristik Visual dari ASI dan Aroma ASI
Banyak yang membayangkan bahwa ASI akan tampak seperti susu sapi yg homogen, yang tidak terpisah lapisannya sampai kapanpun (homogenized). ASI akan terpisah menjadi 2 lapisan jika didiamkan selama beberapa lama. Lapisan atas yg biasanya lebih kental warnanya kaya akan lemak. Ini bukan berarti ASI telah basi. Kocoklah perlahan wadah berisi ASI peras tsb, hingga menjadi larutan homogen kembali.
Tampilan dari ASI berbeda2 tiap waktu sesuai krn kandungannya pun berbeda2 tiap saat. Termasuk juga kandungan lemak dan warna dari ASI. Jumlah lemak dalam ASI akan fluktuatif dari hari ke hari. Bahkan saat ASI yg keluar di menit2 awal akan berbeda warna dan tampilannya. ASI yang dikeluarkan saat pertama kali proses pemerahan / pemompaan akan terlihat “lebih encer” dari ASI yang dikeluarkan di menit-menit berikutnya. Karena itu disebut FOREMILK (karena kaya akan protein). Sedangkan ASI yg keluar beberapa menit kemudian akan terlihat lebih kental. Atau disebut juga dg HINDMILK (kaya akan lemak). Warna dari ASI juga bervariasi tergantung dari apa yg ibu konsumsi. Pewarna makanan dalam minuman soda, minuman buah-buahan dan hidangan penutup yang mengandung gelatin diduga membuat warna ASI menjadi pink atau oranye kemerahmudaan. ASI yang berwarna hijau dikorelasikan dengan ibu yang mengkonsumsi minuman kesegaran yang berwarna hijau, rumput laut, atau sayuran berwarna hijau.
ASI yang berwarna pink mengindikasikan adanya darah dalam ASI. Hal ini dapat terjadi jika ibu mengalami dengan atau tanpa puting lecet. Jika puting ibu lecet dan berdarah, ibu dapat menghubungi klinik laktasi untuk mendapatkan saran penyembuhan. Darah dalam ASI tidak berbahaya bagi bayi, dan ibu dapat terus menyusui bayinya. Jika darah dalam ASI tidak juga membaik dalam waktu 2 minggu, segera konsultasikan dengan dokter.
Bagaimana dg aroma atau rasanya ?! Umumnya ASI segar berbau / beraroma manis. Sesekali ASI beku yang dicairkan akan beraroma spt sabun dan terkadang bayi tidak mau meminumnya.
Hal ini disebabkan perubahan struktur lemak dalam ASI akibat perubahan suhu yg mendadak. Sehingga proses kerja enzim lipase terganggu. Krn itu tidak disarankan memanaskan ASI peras/pompa pada suhu tinggi, ataupun setelah dipanaskan langsung dibekukan kembali. Jika ASI peras berbau asam, maka bisa jadi ASI telah basi dan buanglah. Intinya selama ASI peras/pompa disimpan sesuai dg tatacara penyimpanan yg benar maka ASI tidak akan basi.
Wadah penyimpanan ASI
Pertanyaan yg sering diajukan para ibu, terutama ibu bekerja adalah apakah butuh wadah khusus ? Tidak ada aturan khusus harus menggunakan botol atau wadah khusus. Intinya gunakan wadah yg bisa tertutup rapat. Ibu bisa menggunakan botol kaca, wadah yg punya tutup dan berwarna bening, dan wadah yg punya tutup dan berwarna. Dan tentu saja selalu dibersihkan & disterilkan sebelum digunakan.
ASI peras/pompa sebaiknya disimpan dalam jumlah sedikit (cukup utk sekali minum + 60 ml). Agar tidak ada ASI yg tersisa dan terbuang. ASI juga dapat disimpan dalam kantung plastik bening. Namun hal ini tidak terlalu disarankan, karena mudah bocor dan ASI akan terbuang.
Tatacara Penyimpanan ASI
Organisasi laktasi internasional, Lalecheleague, memiliki kisaran waktu berapa lama ASI dapat disimpan dalam suhu tertentu :
• Suhu ruang (19-22C) à 4-10 jam
• Refrigerator (kulkas bawah) dg suhu 0-4 C à 2-3 hari Ø Freezer pd kulkas berpintu satu (suhu variatif < 4 C) : 2 minggu
• Freezer pd kulkas berpintu dua (suhu variatif < 4 C) : 3-4 bulan
• Freezer khusus ( -19C) : 6 bulan atau lebih
Interval waktu tsb amat sangat bervariatif tergantung kondisi dari lokasi penyimpanan.
Meski dapat disimpan lebih lama, disarankan agar tidak terlalu lama menyimpan ASI peras. Karena ASI diproduksi sesuai dg kebutuhan pertumbuhan & perkembangan anak. Krnnya jika ibu memilki ASI peras berlebih tidak ada salahnya didonorkan ke mereka yg membutuhkannya.
Jika tidak ada lemari pendingin
Ada atau tidaknya lemari pendingin/kulkas bukan hambatan bagi ibu utk menyimpan ASI. Artinya jika ditempat ibu bekerja ataupun saat ibu bepergian jauh dr bayi utk waktu lama tidak ditemukan kulkas, maka ibu dapat menyimpan botol (wadah) berisi ASI peras/pompa dalam termos es yg telah diisi es batu tentunya. Jika es batu mencair, ibu bisa menggantinya lagi. Atau ada juga cooler khusus utk mendinginkan lebih lama dg blue ice.
Tips memberikan ASI peras/pompa ke bayi
Berikut tips singkat utk membeirkan ASI yg telah disimpan bagi si kecil :
• Untuk ASI yg dibekukan (dari freezer), amat disarankan agar ASI dicairkan terlebih dahulu kulkas bawah. Dan bukan di suhu ruang. Setelah mencair, aliri wadah berisi ASI pada keran air hangat atau rendamlah wadah berisi ASI dlm wadah lebih besar berisi air hangat.
• JANGAN menghangatkan ASI dalam suhu tinggi. Dan JANGAN merebus ASI. Karena jelas zat nutrisi dalam ASI akan rusak. Terutama zat anti infeksi / zat imun !
• JANGAN menggunakan microwave utk menghangatkan ASI.
• Kocoklah secara perlahan sebelum diberikan ke bayi.
• Berikan dg sendok, pipet, dsb. Untuk bayi < 4 bl disarankan utk tidak menggunakan dot, karena adanya resiko bingung putting Ø ASI yg tersisa jika ingin disimpan kembali di refrigerator sebaiknya digunakan < 24 jam. Meski hal ini tidak direkomendasikan. Karena itu simpanlah ASI dalam jumlah yg cukup (sekali minum) agar cairan emas tsb tdk terbuang.
Dg mengetahui cara menyimpan ASI dan karakteristiknya, semoga makin hari makin banyak ibu yg tidak ragu ataupun segan memberikan ASI eksklusif. Meski ibu bekerja ataupun bepergian jauh. Agar tidak ada lagi kata “Duh kalo nyusuin tuh ngerepotin. Gak bisa ngapa2in. Nyusuin terus” dsbnya.
Sumber : website sehat group

oleh: bidan Helse nopiana

ASUHAN PADA IBU HAMIL DENGAN DIABETES MELLITUS


ASUHAN PADA IBU HAMIL DENGAN DIABETES MELLITUS


Penyakit DM dapat merupakan kelainan herediter dengan cirri insufisiensi atau absennya insulin dalam sirkulasi darah, konsentrasi gula darah tinggi dan kurangnya glikogenesis. Diabetes dalam kehamilan menimbulkan banyak kesulitan. Penyakit ini akan menyebabkan perubahan-perubahan metabolic dan hormonal pada penderita yang juga dipengaruhi oleh kehamilan. Sebaliknya, diabetes akan mempengaruhi kehamilan dan persalinan.
Kemungkinan diabetes dalam kehamilan lebih besar bila :
1.      Umur sudah mulai tua
2.      Multiparitas
3.      Gemuk (obesitas)
4.      Ada anggota keluarga yang sakit diabetes (herediter)
5.      Anak lahir dengan berat badan besar ( di atas 4 kg )
6.      Ada sejarah lahir mati dan anak besar.
7.      Sering abortus
8.      Glukosuria

Klasifikasi dibuat menurut umur, waktu penyakit timbul, lamanya sakit dan berat penyakit dan komplikasi :
a.   Kelas A        :     Diabetes laten (subkilis atau diabetes hamil). Uji toleransi gula tidak normal. Pengobatan tidak memerlukan insulin, cukup dengan diet saja. prognosis untuk ibu dan janin baik.
b.   Kelas B        :     Diabetes dewasa diketahui setelah usia 19 tahun, berlangsung kurang dari 10 tahun, tidak disertai kelainan pembuluh darah.
c.   Kelas C        :     Timbul pada umur 10 – 19 tahun, menderita selama 10 – 19 tahun, tanpa kelainan pembuluh darah.
d.   Kelas D        :     Diderita sejak umur 10 tahun, lama 20 tahun, disertai kelainan pembuluh darah seperti arteriosclerosis pada retina, tungkai dan renitis.
e.   Kelas E         :     Telah terjadi kalsifikasi pembuluh darah.
f.    Kelas F         :     Diabetes dengan nefropasia termasuk adanya glomerulonefritis dan pielonefritis. Diabetes anak remaja (juvenilis) merupakan diabetes yang diderita sejak anak-anak atau remaja. Karena sedikit atau tidak ada insulin endogen, cenderung timbul keto-asidosis.

Pada prediabetik dijumpai kelainan anatomic dan metabolic, namun tanpa gejala yang jelas. Prediabetik dapat menjadi diabetes bila timbul tekanan (stress) seperti adanya kehamilan, infeksi, obesitas, emosi dan lain-lain.
1.      Pengaruh kehamilan, persalinan dan nifas pada diabetes, adalah :
³ Kehamilan dapat menyebabkan status prediabetik menjadi manifest (diabetic).
³ Diabetes akan menjadi lebih berat oleh kehamilan.
³ Pada persalinan yang memerlukan tenaga ibu dan kerja rahim akan memerlukan glukosa yang banyak, maka bisa terjadi hipoglikemia atau koma.
³ Dalam masa laktasi keperluan akan insulin akan bertambah.
2.      Pengaruh diabetes terhadap kehamilan :
³ Abortus atau partus prematurus
³ Hidramnion
³ Pre eklamsi
³ Kesalahan letak janin
³ Insufisiensi plasenta
3.      Pengaruh diabetes terhadap persalinan :
³ Inersia uteri dan atonia uteri
³ Distosia karena janin (anak besar, bahu lebar)
³ Kelahiran mati
³ Persalinan lebih sering ditolong secara operatif
³ Angka kejadian perdarahan dan infeksi tinggi
³ Morbiditas dan mortalitas ibu tinggi
4.      Pengaruh diabetes terhadap nifas :
³ Perdarahan dan infeksi puerperal lebih tinggi
³ Luka-luka jalan lahir lambat pulih / sembuh
5.      Pengaruh diabetes terhadap janin atau bayi :
³ Sering terjadi abortus
³ kematian janin dalam kandungan setelah 36 minggu
³ Dapat terjadi cacat bawaan
³ Dismaturitas
³ Janin besar (bayi kingkong / makrosomia)
³ Kematian neonatal tinggi
³ Kemudian hari dapat terjadi kelainan neurologik dan psikologik

Diagnosis
Diagnosis dapat dengan mudah ditegakkan :
a.       Anamnesis
³ Riwayat persalinan yang lalu, abortus, partus prematurus, kematian janin dan anak besar.
³ Riwayat keluarga (herediter)
³ Keluhan sekarang : trias poliuri, polidipsi, polipagi dan pernah berobat sakit gula pada dokter.
b.      Pemeriksaan
³ Pemeriksaan urin
³ Pemeriksaan kadar gula darah puasa dan post prandiol
³ Glukosa toleransi tes (GTT)
³ Nilai K

Penanganan :

Prognosis :
a.       Bila penyakit ditangani oleh dokter ahli penyakit dalam serta  kehamilan dan persalinan diawasi dan ditolong oleh ahli kebidanan umumnya prognosis baik.
b.      Diabetes berat dan diderita lama apalagi ada komplikasi prognosis buruk.
c.       Prognosis bayi jelek : factor-faktor yang meninggikan morbiditas dan mortalitas bayi adalah :
³ Berat dan lamanya sakit dan adanya asetonuri
³ Insufisiensi plasenta
³ Komplikasi dan distosia persalinan
³ sindroma gawat nafas
³ Prematuritas dan cacat bawaan
³ Angka kematian perinatal 10 – 15 %.

oleh: Bidan Helse Nopiana




IBU HAMIL DENGAN PENYAKIT SALURAN KEMIH


IBU HAMIL DENGAN PENYAKIT

SALURAN KEMIH

PRINSIP DETEKSI DINI TERHADAP KELAINAN, KOMPLIKASI DAN PENYULIT PADA IBU HAMIL


PRINSIP DETEKSI DINI TERHADAP KELAINAN, KOMPLIKASI
DAN PENYULIT PADA IBU HAMIL

 (bidan helse nopiana)

Kehamilan melibatkan perubahan fisik  maupun emosional dari ibu serta perubahan sosial di dalam keluarga. Seorang ahli medis menghadapi suatu tugas yang tidak biasa dalam memberikan dukungan pada ibu dan keluarganya dalam merencanakan penyambutan anggota keluarga yang baru, memantau perubahan-perubahan fisik yang normal yang dialami ibu serta tumbuh kembang janin, juga mendeteksi serta menatalaksana setiap kondisi yang tidak normal.
Sistem penilaian resiko tidak dapat memprediksi apakah ibu hamil akan bermasalah selama kehamilannya. Oleh karena itu, pelayanan/asuhan antenatal merupakan cara penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil dan mendeteksi kehamilan.
Setiap kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap saat. Itu sebabnya mengapa ibu hamil memerlukan pemantauan selama kehamilannya.
Kebijakan teknis yang dilaksanakan adalah :
1.      Mengupayakan kehamilan yang sehat
2.      melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan penatalaksanaan awal serta rujukan bila diperlukan
3.      persiapan persalinan yang bersih dan aman
4.      perencanaan antisipatif dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi komplikasi.

A.    PEMERIKSAAN KEHAMILAN DINI (EARLY ANC DETECTION)
Ibu hamil sebaiknya dianjurkan mengunjungi bidan / dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan / asuhan antenatal.
Ketika seorang ibu mulai mendapatkan tanda presumtif hamil seperti :
  1. amenorhe
  2. mual dan muntah
  3. mengidam
  4. pingsan
  5. pembesaran payudara dan lain-lain.
Atau ketika dia menemukan tanda mungkin hamil seperti :
  1. pembesaran perut
  2. tes kehamilan positif,
  3. tanda hegar
  4. tanda piscazek
  5. tanda pembesaran uterus dan lain-lain
diharapkan ibu tersebut segera memeriksakan diri ke tenaga kesehatan baik itu bidan maupun dokter.

B.     KONTAK DINI KEHAMILAN TRIMESTER I

Kebijakan program untuk kunjungan ante natal minimal 4 kali selama kehamilan, terdiri dari :
  1. 1 kali pada trimester pertama
  2. 1 kali pada trimester kedua
  3. 2 kali pada trimester ketiga

Pelayanan standar minimal yang diperoleh harus mencakup “ 7 T ”
  1. Timbang berat badan
  2. Ukur Tekanan darah
  3. Ukur Tinggi Fundus Uteri
  4. Pemberian imunisasi Tetanus Toxoid (TT) lengkap
  5. Pemberian Tablet zat besi, minimal 90 tablet selama kehamilan (fe 60 mg, asam folat 500 ug).
  6. Tes terhadap penyakit menular seksual
  7. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan.

Dengan adanya kontak dini khususnya pada trimester I, maka akan memudahkan kita dalam mendeteksi adanya kelainan atau komplikasi yang mungkin dialami oleh ibu hamil dalam kehamilannya.

C.    PELAYANAN ANC BERDASARKAN KEBUTUHAN INDIVIDU


Penilaian
Antenatal
Kunjungan
I
Kunjungan
II
Kunjungan
III
Kunjungan
IV
Riwayat kehamilan
Ö
Ö
Ö
Ö
Riwayat kebidanan
Ö



Riwayat kesehatan
Ö



Riwayat sosial
Ö



Pemeriksaan keseluruhan (umum)
Ö
Jika ada indikasi
Jika ada indikasi
Jika ada indikasi
Pemeriksaan kebidanan (luar)
Ö
Ö
Ö
Ö
Pemeriksaan kebidanan (dalam)
Ö
Jika ada indikasi
Jika ada indikasi
Jika ada indikasi
Pemeriksaan laboratorium
Ö
Jika ada indikasi
Jika ada indikasi
Cek kembali Hb dan pemerik saan laborato rium lain jika ada indikasi.





Pemberian TT
TT1(0,5 cc)
TT2 (0,5 cc)


Pemberian tablet Fe
90 hari



Konseling umum
Ö
Memperkuat
Memperkuat
Memperkuat
Konseling khusus
Jika ada indikasi
Jika ada indikasi
Jika ada indikasi
Jika ada indikasi
Perenc. Persalinan


Ö
Ö
Perenc. Penanganan komplikasi
Ö
Ö
Ö
Ö




D.    SKRINING UNTUK DETEKSI

  1. Kunjungan I (16 minggu) dilakukan untuk :
a.       Penapisan dan pengobatan anemia
b.      Perencanaan persalinan
c.       Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya.
  1. Kunjungan II (24 – 28 minggu), dilakukan untuk :
a.       Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya.
b.      Penapisan preeklampsi, gemeli, infeksi alat reproduksi dan saluran perkemihan
c.       Mengulang perencanaan persalinan
  1. Kunjungan III (32 minggu), dilakukan untuk :
a.       Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya.
b.      Penapisan preeklampsi, gemeli, infeksi alat reproduksi dan saluran perkemihan
c.       Mengulang perencanaan persalinan
  1. Kunjungan IV (36 minggu), dilakukan untuk :
a.       Sama seperti kegiatan kunjungan II dan III
b.      Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi
c.       Memantapkan rencana persalinan
d.      Mengenali tanda-tanda persalinan.

Riwayat kehamilan ini
Riwayat obstetric lalu
Riwayat penyakit
Riwayat sosial ekonomi
1.      Usia ibu hamil
2.      HPHT, siklus haid
3.      perdarahan per vaginam
4.      keputihan
5.      mual dan muntah
6.      masalah/kelainan pada kehamilan sekarang
7.      pemakaian obat-obat (termasuk jamu-jamuan)

1.        jumlah kehamilan
2.        jumlah persalinan
3.        jumlah persalinan cukup bulan
4.        jumlah persalinan premature
5.        jumlah anak hidup
6.        jumlah keguguran
7.        jumlah aborsi
8.        perdarahan pada kehamilan, persalin-an, nifas terdahulu
9.        adanya hipertensi dalam kehamilan pada kehamilan terdahulu
10.    berat  bayi < 2,5 kg atau berat bayi > 4 kg
11.     Adanya masalah-masalah selama kehamilan, persalin-an, nifas terdahulu

1.         Jantung
2.         tekanan darah tinggi
3.         DM
4.         TBC
5.         Pernah operasi
6.         Alergi obat / makanan
7.         Ginjal
8.         Asma
9.         Epilepsi
10.     Penyakit hati
11.     Pernah kecelakaan
1.    Status perkawinan
2.    respon ibu dan keluarga terhadap kehamilan
3.    jumlah keluarga di rumah yang membantu
4.    Siapa pembuat keputusan dalam keluarga
5.    kebiasaan makan dan minum
6.    kebiasaan merokok, menggunakan obat-obat dan alkohol
7.    kehidupan seksual
8.    pekerjaan dan aktivitas sehari-hari
9.    pilihan tempat untuk melahirkan
10.pendidikan
11.penghasilan



Fisik umum
Pemeriksaan luar
Pemeriksaan dalam
Laboratorium
Kunjungan pertama :
·           tekanan darah
·           suhu badan
·           nadi
·           berat badan
·           tinggi badan
·           muka : edema, pucat
·           mulut & gigi : kebersihan, karies, tonsil
·           tiroid / gondok
·           tulang belakang / punggung : scoliosis
·           payudara ; putting susu, tumor
·           abdomen : bekas operasi
·           ekstremitas : edema, varises, refleks patella
·           costrovertebral angle tenderness (CVAT)
·           kulit :  kebersihan, penyakit kulit

kunjungan berikutnya
·           tekanan darah
·           berat  badan
·           edema
·           masalah dari kunjungan pertama
Pada setiap kunjun-gan :
·           mengukur TFU
·           palpasi untuk menentukan letak janin (atau lebih dari 28 minggu)
·           Auskultsi detak jantung janin
Pada kunjungan per-tama :
Pemeriksaan vulva/ perineum untuk :
·           Varises
·           Kondiloma
·           Edema
·           Hemoroid
·           Kelainan lain
Pemeriksaan dengan speculum untuk menilai :
·           Serviks
·           Tanda-tanda infeksi
·           Cairan dari ostium uteri
Pemeriksaan untuk menilai :
·           Serviks*
·           Uterus*
·           Adneksa*
·           Bartolini
·           Skene
·           Uretra

* Bila usia kehamilan < 12 minggu
Kunjungan pertama
Darah :
·           Hemoglobin
·           Glukosa
·           VDRL

Urin ;
·           Warna, bau, kejernihan
·           Protein
·           Glukosa